Sabtu, 22 Oktober 2011

Nabi aja Becanda! “Aku Tidak Mau Naik Anak Unta”



Ummu Aiman adalah ibu asuh Rasulullah SAW semasa kecil, dan beliau sangat saying kepadanya. Sering beliau mengajak Ummu Aiman r.a bersenda gurau.
Pada suatu hari, Ummu Aiman menemui Rasulullah. Setelah mengucapkan salam, Ummu Aiman berkata, “Wahai Rasulullah, tolong naikkan aku ke unta!”.
Rupanya, Ummu Aiman sedang ada keperluan. Dia ingin meminjam unta. Rasulullah tidak segera melaksanakan permintaan ibu asuh beliau itu, tapi menyempatkan diri untuk menggodanya, sebab beliau senang membuat suasana menjadi riang. Dan Rasulullah pun menggoda, “Saya akan menaikkan ibu ke punggung anak unta”.
Mendengar kata-kata Rasulullah tersebut, Ummu Aiman menjadi heran.
“Anak unta tidak akan kuat mengangkat tubuhku, dan aku tidak tega menaikinya, wahai Rasulullah.”
Rasulullah tersenyum dan menjawab, “Saya tidak akan menaikkan Ibu kecuali ke punggung anak unta itu.”
Tentu saja Ummu Aiman semakin bingung.
“Apa yang bisa dilakukan oleh seekor anak unta?” kata Ummu Aiman.jika di dalam rumah,
“Bukankah setiap yang dilahirkan oleh unta disebut anak unta, wahai Ibu?” jawab Rasulullah.
Pertanyaan balik Rasulullah itu menyadarkan Ummu Aiman bahwa dia sedang dicandai oleh mantan anak asuh yang sangat dicintainya itu.

Ketika selesai membaca kisah tersebut, semakin bertambah kekaguman kita semua terhadap Rasulullah. Beliau memang model sempurna yang diciptakan Allah untuk manusia. Kita hampir selalu dapat menjumpai keteladanan beliau di semua sudut kehidupan. Beliau bisa menjadi negarawan jika mengatur Negara, menjadi suami dan ayah jika di dalam rumah, sebagai pedagang dan pembeli jika di pasar. Beliau bisa berada dalam pergaulan internasional, bersama kaum grassroot alias kaum duafa, bersama anak-anak dan orang-orang tua, bersama kelompok minoritas, dan lain-lainnya. Hebatnya, dimana pun berada, beliau berdiri sebagai orang yang sangat sempurna.
Penghargaa Rasulullah kepada orang-orang yang berjasa dalam perjalanan hidupnya sangatlah besar. Ummu Aiman merasakan itu. Meskipun sudah menjadi “orang”, beliau tidak sombong atau lupa diri. Pepatah lama “kacang lupa dengan kulitnya” tidak ada dalam kamus kehidupan Rasulullah.
Tidak seperti sebagian besar kita, ketika keberhasilan berada dalam genggaman, seketika itu juga daftar orang-orang yang berjasa dalam mengantarkan kita pada keberhasilan pun hilang dari ingatan. Kalaupun kita beramah-ramah kepada mereka, itu rasanya hanya basa-basi sosial. Sama sekali tanpa ketulusan.
Setiap kali bertemu Ummu Aiman, Rasulullah selalu menyempatkan diri untuk bercanda. Ada saja cara Rasulullah mengemburakan hati ubu asuhnya itu. Bahkan, Rasulullah sering Manahan Ummu Aiman berlama-lama bersamanya untuk menumpahkan kerinduannya. Perjalanan pahit hidup beliau di masa kecil, yang tak pernah melihat rupa ayah dan ditinggal mati ibu di usia kanak-kanak, membuat beliau menumpahkan kasih saying kepada ibu asuhnya, anak yatim, dan kaum lemah.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright (c) 2010 pgsd's story. Design by WPThemes Expert
Themes By Buy My Themes And Cheap Conveyancing.