Jumat, 18 November 2011

PENGINDERAAN JAUH

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dalam usaha memelihara konsistensi penggunaan lahan sebagai areal pertanian maka diperlukan suatu sistem monitoring yang mampu mengamati, menganalisa, menyajikan serta membuat model-model keputusan sehingga aktifitas pertanian yang berkelanjutan tetap terjaga. Teknologi penginderaan jauh merupakan salah satu teknologi pendekatan terintegrasi yang dapat memodelkan masalah-masalah pertanian kaitannya dengan usaha menjaga konsistensi penggunaan lahan (monitoring), proteksi stabilitas lingkungan (analisis degradasi lahan dan identifikasi sumber air) dan analisa keruangan (basis data spasial).
Dalam teknik geografis penginderaan jauh merupakan terjemahan dari istilah remote sensing, adalah ilmu, teknologi dan seni dalam memperoleh informasi mengenai objek atau fenomena di (dekat) permukaan bumi tanpa kontak langsung dengan objek atau fenomena yang dikaji, melainkan melalui media perekam objek atau fenomena yang memanfaatkan energi yang berasal dari gelombang elektromagnetik dan mewujudkan hasil perekaman tersebut dalam bentuk citra. Pengertian 'tanpa kontak langsung' di sini dapat diartikan secara sempit dan luas. Secara sempit berarti bahwa memang tidak ada kontak antara objek dengan analis, misalnya ketika data citra satelit diproses dan ditransformasi menjadi peta distribusi temperatur permukaan pada saat perekaman. Secara luas berarti bahwa kontak dimungkinkan dalam bentuk aktivitas 'ground truth', yaitu pengumpulan sampel lapangan untuk dijadikan dasar pemodelan melalui interpolasi dan ekstrapolasi pada wilayah yang jauh lebih luas dan pada kerincian yang lebih tinggi.
Pada awalnya penginderaan jauh kurang dipandang sebagai bagian dari geografi, dibandingkan kartografi. Meskipun demikian, lambat laun disadari bahwa penginderaan jauh merupakan satu-satunya alat utama dalam geografi yang mampu memberikan synoptic overview (pandangan secara ringkas namun menyeluruh) atas suatu wilayah sebagai titik tolak kajian lebih lanjut. Penginderaan jauh juga mampu menghasilkan berbagai macam informasi keruangan dalam konteks ekologis dan kewilayahan yang menjadi ciri kajian geografis. Di samping itu, dari sisi persentasenya, pendidikan penginderaan jauh di Amerika Serikat, Australia dan Eropa lebih banyak diberikan oleh bidang ilmu (departemen, 'school' atau fakultas) geografi.
Dari segi metode yang digunakan, dikenal metode penginderaan jauh manual atau visual dan metode penginderaan jauh digital. Penginderaan jauh manual memanfaatkan citra tercetak atau 'hardcopy' (foto udara, citra hasil pemindaian scanner di pesawat udara maupun satelit) melalui analisis dan interpretasi secara manual/visual. Penginderaan jauh digital menggunakan citra dalam format digital, misalnya hasil pemotretan kamera digital, hasil pemindaian foto udara yang sudah tercetak, dan hasil pemindaian oleh sensor satelit, dan menganalisisnya dengan bantuan komputer. Baik metode manual maupun digital menghasilkan peta dan laporan. Peta hasil metode manual dapat dikonversi menjadi peta tematik digital melalui proses digitisasi (sering diistilahkan digitasi). Metode manual kadangkala juga dilakukan dengan bantuan komputer, yaitu melalui proses interpretasi di layar monitor (on-screen digitisation), yang langsung menurunkan peta digital. Metode analisis citra digital menurunkan peta tematik digital secara langsung. Peta-peta digital tersebut dapat di-'lay out' dan dicetak untuk menjadi produk kartografis (disebut basis data kartografis), namun dapat pula menjadi masukan (input) dalam suatu sistem informasi geografis sebagai basis data geografis. Peta-peta itu untuk selanjutnya menjaid titik tolak para geografiwan dalam menjalankan kajian geografinya.
1.2  Permasalahan
Memaparkan pengertian penginderaan jauh dan sistem penginderaan jauh.
1.3  Tujuan
Untuk mengetahui, memahami, dan dapat mengaplikasikan materi yang termuat dalam untuk proses kegiatan belajar mengajar.
1.4  Metode Penelitian
Laporan ini dibuat berdasarkan hasil rangkuman materi dari buku dan pencarian data dari internet
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh merupakan suatu ilmu atau teknologi untuk memperoleh informasi atau fenomena alam melalui analisis suatu data yang diperoleh dari hasil rekaman obyek, daerah atau fenomena yang dikaji. Perekaman atau pengumpulan data penginderaan jauh (inderaja) dilakukan dengan menggunakan alat pengindera (sensor) yang dipasang pada pesawat terbang atau satelit (Lillesand dan Keifer, 1994).
Penginderaan jauh (atau disingkat inderaja) adalah pengukuran atau akuisisi data dari sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat yang tidak secara fisik melakukan kontak dengan objek tersebut atau pengukuran atau akuisisi data dari sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat dari jarak jauh, (misalnya dari pesawat, pesawat luar angkasa, satelit, kapal atau alat lain. Contoh dari penginderaan jauh antara lain satelit pengamatan bumi, satelit cuaca, memonitor janin dengan ultrasonik dan wahana luar angkasa yang memantau planet dari orbit. Di masa modern, istilah penginderaan jauh mengacu kepada teknik yang melibatkan instrumen di pesawat atau pesawat luar angkasa dan dibedakan dengan penginderaan lainnya seperti penginderaan medis atau fotogrametri. Walaupun semua hal yang berhubungan dengan astronomi sebenarnya adalah penerapan dari penginderaan jauh (faktanya merupakan penginderaan jauh yang intensif), istilah "penginderaan jauh" umumnya lebih kepada yang berhubungan dengan teresterial dan pengamatan cuaca.
Sabins (1996) dalam Kerle, et al. (2004) menjelaskan bahwa penginderaan jauh adalah ilmu untuk memperoleh, mengolah dan menginterpretasi citra yang telah direkam yang berasal dari interaksi antara gelombang elektromagnetik dengan sutau objek. Sedangkan menurut Lillesand and Kiefer (1993), Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau fenomena yang dikaji.
Data penginderaan jauh diperoleh dari suatu satelit, pesawat udara balon udara atau wahana lainnya. Data-data tersebut berasal rekaman sensor yang memiliki karakteristik berbeda-beda pada masing-masing tingkat ketinggian yang akhirnya menentukan perbedaan dari data penginderaan jauh yang di hasilkan (Richards and Jia, 2006).
Aplikasi satelit penginderaan jauh telah mampu memberikan data/informasi tentang sumberdaya alam dataran dan sumberdaya alam kelautan secara teratur dan periodik. Data-data tersebut berasal rekaman sensor yang memiliki karakteristik berbeda-beda pada masing-masing tingkat ketinggian yang akhirnya menentukan perbedaan dari data penginderaan jauh yang di hasilkan (Richards and Jia, 2006). Pengumpulan data penginderaan jauh dapat dilakukan dalam berbagai bentuk sesuai dengan tenaga yang digunakan. Tenaga yang digunakan dapat berupa variasi distribusi daya, distribusi gelombang bunyi atau distribusi energi elektromagnetik (Purwadhi, 2001).
Beberapa ahli berpendapat bahwa inderaja merupakan teknik yang dikembangkan untuk memperoleh data di permukaan bumi, jadi inderaja sekedar suatu teknik. Dalam perkembangan ternyata inderaja seringkali berfungsi sebagai suatu ilmu seperti yang dikemukakan oleh Everett Simonett (1976): Penginderaan jauh merupakan suatu ilmu, karena terdapat suatu sistematika tertentu untuk dapat menganalisis informasi dari permukaan bumi, ilmu ini harus dikoordinasi dengan beberapa pakar ilmu lain seperti ilmu geologi, tanah, perkotaan, dan lain sebagainya. Pendapat lain mengatakan Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau fenomena yang dikaji. (Lillesand & Kiefer, 1994).
Penginderaan Jauh dalam pemakaiannya dapat digunakan antara lain untuk memperoleh informasi yang tepat dari seluruh Indonesia yang luas, mendeteksi sumber daya alam, daerah banjir, kebakaran hutan, sebaran ikan di laut, dan sebagainya.
2.1.1 Citra
            Dalam penginderaan jauh di dapat masukkan data atau hasil observasi yang disebut citra. Citra dapat diartikan sebagai gambaran yang tampak dari suatu objek yang sedang diamati, sebagai hasil liputan atau rekaman suatu alat pemantau. Sebagai contoh, memotret bunga di taman. Foto bunga yang berhasil di potret merupakan citra bunga tersebut.
                   
Hasil foto secara horizontal tampak sangat berbeda dibandungkan dengan hasil pemotretan dari atas atau udara.
            Menurut Hornby (1974), Citra adalah gambaran yang terekam oleh kamera atau alat sensor lain. Sedangkan menurut Simonett, dkk (1983), Citra adalah gambar rekaman suatu objek (biasanya berupa gambaran pada foto) yang didapat dengan cara optik, elektro optik, optik mekanik, atau elektromagnetik.
            Di dalam bahasa Inggris terdapat dua istilah yang berarti citra dalam bahasa Indonesia, yaitu image dan imagery. Akan tetapi imagery dirasa lebih tepat penggunaannya (Sutanto, 1986). Agar dapat dimanfaatkan maka citra tersebut harus diinterprestasikan atau diterjemahkan (ditafsirkan) terlebih dulu.

      2.1.2 Wahana
            Wahana adalah kendaraan yang membawa alat pemantau. Berdasarkan ketinggian peredaran wahana, tempat pemantauan atau pemotretan dari angkasa ini dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu :
1.      Pesawat terbang rendah sampai medium (Low to medium altitude aircraft), dengan ketinggian antara 1.000 meter sampai 9.000 meter dari permukaan bumi. Citra yang dihasilkan adalah citra foto (foto udara).
2.      Pesawat terbang tinggi (High altitude aircraft) dengan ketinggian sekitar 18.000 meter dari permukaan bumi. Citra yang dihasilkan adalah foto udara dan Multispectral Scanner Data.
3.      Satelit, dengan ketinggian antara 400 km sampai 900 km dari permukaan bumi. Citra yang dihasilkan adalah citra satelit.

2.2 Sistem Penginderaan Jauh
            Untuk memudahkan kita memahami tentang pengertian umum sistem penginderaan jauh maka berikut sistem penginderaan jauh beserta komponen-komponennya disajikan secara skematik.
                                       
      Komponen dan interaksi antar komponen dalam sistem penginderaaan jauh dapat diuraikan secara ringkas sebagai berikut :
a.       Tenaga untuk Penginderaan Jauh
Pengumpulan data dalam penginderaan jauh dilakukan dari jarak jauh dengan menggunakan sensor buatan, untuk itu diperlukan tenaga penghubung yang membawa data tentang objek ke sensor. Data tersebut dikumpulkan dan direkam dengan 3 cara dengan variasi sebagai berikut :
1.      Distribusi daya (force)
Contoh : Gravitometer mengumpulkan data yang berkaitan dengan gaya tarik bumi.
2.      Distribusi gelombang bunyi
Contoh : sonar digunakan untuk mengumpulkan data gelombang suara dalam air.
3.      Distribusi gelombang elektromagnetik
Contoh : kamera untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan pantulan sinar.
Dalam penginderaan jauh harus ada sumber tenaga yaitu matahari yang merupakan sumber utama tenaga elektromagnetik alami yang digunakan pada teknik pengambilan data objek dalam penginderaan jauh. Penginderaan jauh dengan memanfaatkan tenaga alamiah disebut penginderaan jauh sistem pasif. Sedangkan sumber tenaga buatan digunakan dalam penginderaan jauh sistem aktif.
Tenaga ini mengenai objek di permukaan bumi yang kemudian dipantulkan ke sensor. Ia juga dapat berupa tenaga dari objek yang dipancarkan ke sensor. Jumlah tenaga matahari yang mencapai bumi (radiasi) dipengaruhi oleh waktu (jam, musim), lokasi, dan kondisi cuaca. Jumlah tenaga yang diterima pada siang hari lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlahnya pada pagi atau sore hari. Kedudukan matahari terhadap tempat di bumi berubah sesuai dengan perubahan musim.
b.      Atmosfer
Atmosfer bersifat selektif terhadap panjang gelombang, sehingga hanya sebagian kecil saja tenaga elektromagnetik yang dapat mencapai permukaan bumi dan dimanfaatkan untuk penginderaan jauh. Bagian spectrum elektromagnetik yang mampu melalui atmosfer dan dapat mencapai permukaan bumi disebut jendela atmosfer. Jendela atmosfer yang paling dulu dikenal orang dan paling banyak digunakan dalam penginderaan jauh hingga sekarang ialah spectrum yang tampak dibatasi oleh gelombang 0,4 µm hingga 0,7 µm.
Tenaga elektromagnetik dalam jendela atmosfer tidak dapat mencapai permukaan bumi secara utuh, karena sebagian dari padanya mengalami hambatan oleh atmosfer. Hambatan ini terutama disebabkan oleh butir – butir yang ada di atmosfer seperti debu, uap air dan gas. Proses penghambatannya terjadi dalam bentuk serapan, pantulan dan hamburan.
                            
c.       Sensor atau alat indera
Sensor adalah alat yang digunakan untuk melacak, mendeteksi, atau merekam suatu objek dalam daerah jangkauan tertentu. Tiap sensor memiliki kepekaan terhadap bagian spectrum elektromagnetik. Kemampuan sensor untuk merekam gambar terkecil disebut resolusi spasial. Semakin kecil objek yang dapat direkam oleh sensor semakin baik kualitas sensor itu dan semakin baik resolusi spasial dari citra.
Berdasarkan proses perekamannya, sensor dibedakan:
1.      Sensor fotografi
Proses perekaman ini berlangsung secara kimiawi. Tenaga elektromagnetik diterima dan direkam pada emulsi film yang bila diproses akan menghasilkan foto. Kalau pemotretan dilakukan dari pesawat udara atau wahana lainnya, fotonya disebut foto udara. Tapi bila pemotretan dilakukan dari antariksa, fotonya disebut foto orbital atau foto satelit.
2.      Sensor elektrik
Sensor ini menggunakan tenaga elektrik dalam bentuk sinyal elektrik. Alat penerima dan perekamnya berupa pita magnetik atau detektor lainnya. Sinyal elektrik yang direkam pada pita magnetik ini kemudian diproses menjadi data visual maupun data digital yang dikomputerkan. Pemerosesan menjadi citra dapat dilakukan dengan dua cara, yakni dengan memotret data yang direkam pita magnetik yang diwujudkan secara visual pada layar monitor dan menggunakan film perekam khusus. Hasilnya berupa foto dengan film sebagai alat perekamnya, tapi film di sini hanya berfungsi sebagai alat perekam saja, maka hasilnya disertai citra pengideraan jauh.
d.      Perolehan data
Perolehan data dapat dilakukan dengan cara manual yaitu dengan interpretasi secara visual dan dapat pula dengan cara numerik atau secara digital yaitu dengan menggunakan komputer. Foto udara pada umumnya diinterpretasi secara manual maupun secara numerik.
      e. Pengguna data
Penggunaan data (orang, badan, atau pemerintah) merupakan komponen paling penting dalam penginderaan jauh karena para penggunalah yang dapat menentukan dapat diterima atau tidaknya benda penginderaan jauh tersebut. Data yang dihasilkan mencakup wilayah, sumber daya alam suatu negara yang merupakan data sangat penting untuk kepentingan orang banyak, maka data ini sangat penting dalam penggunaannya.

3.  Jenis Citra
Citra dapat dibedakan atas citra foto (photographyc image) atau foto uadara dan citra non udara (non-photographyc image)
a.       Citra foto
Citra foto adalah gambar yang dihasilkan dengan menggunakan sensor kamera. Citra foto dapat dibedakan atas beberapa dasar yaitu:
1.      Spektrum elektromagnetik yang digunakan berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan, citra foto dapat dibedakan atas:
§  Foto ultra violet yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum ultra violet dekat dengan panjang gelombang 0,29 mikrometer. Cirinya tidak banyak informasi yang dapat disadap, tetapi untuk beberapa obyek dari foto ini mudah pengenalannya karena kontrasnya yang besar. Foto ini sangat baik untuk mendeteksi; tumpahan minyak di laut, membedakan atap logam yang tidak dicat, jaringan jalan aspal, batuan kapur.
§  Foto ortokromatik, yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum tampak dari saluran biru hingga sebagian hijau (0,4-0,56 mikrometer). Cirinya banyak obyek yang tampak jelas. Foto ini bermanfaat untuk studi pantai karena filmnya peka terhadap obyek di bawah permukaan air hingga kedalaman kurang lebih 20 meter. Baik untuk survey vegetasi karena daun hijau tergambar dengan kontras.
§  Foto pankromatik yaitu foto yang menggunakan seluruh spektrum tampak mata mulai dari warna merah hingga ungu, kepekaan film hampir sama dengan kepekaan mata manusia. Cirinya pada warna obyek sama dengan kesamaan mata manusia. Baik untuk mendeteksi pencemaran air, kerusakan banjir, penyebaran air tanah dan air permukaan.
§  Foto inframerah asli (true infrared photo), yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum infra merah dekat hingga panjang gelombang 0,9-1,2 mikrometer yang dibuat secara khusus. Cirinya dapat mencapai bagian dalam daun, sehingga rona pada foto infra merah tidak ditentukan warna daun tetapi oleh sifat jarinagnnya. Baik untuk mendeteksi berbagai jenis tanaman termasuk yang sehat atau yang sakit.
§  Foto infra merah modifikasi, yaitu foto yang dibuat dengan infra merah dekat dan sebagian spektrum tampak pada saluran merah dan sebagian saluran hijau. Dalam foto ini, obyek tidak segelap dengan film infra merah sebenarnya, sehingga dapat dibedakan dengan air.
2.      Sumbu Kamera
Sumbu kamera dapat dibedakan berdasarkan arah sumbu kamera ke permukaan bumi, yaitu :
§  Foto vertikal atau foto tegak (orto photograph) yaitu foto yang dibuat dengan sumbu kamera tegak lurus terhadap permukaan bumi.
§  Foto condong atau foto miring (oblique photograph) yaitu foto yang dibuat dengan sumbu kamera menyudut terhadap garis tegak lurus ke permukaan bumi. Sudut ini pada umunya sebesar 10 derajat atau lebih besar. Tapi bila sudut condongnya masih berkisar antara 1-4 derajat, foto yang dihasilkan masih digolongkan sebagai foto vertikal. Foto condong masih debadakan lagi menjadi:
v  Foto agak condong (low oblique photograph), yaitu apabila cakrawala tidak tergambar pada foto
v  Foto sangat condong (high oblique photograph) yaitu apabila pada foto tampak cakrawalanya

3.      Sudut liputan kamera
Paine (1981) membedakan citra foto berdasarkan sudut liputan (angular converge) atas 4 jenis.
Jenis Kamera
Panjang Fokus
Sudut Liputan
Jenis Foto
Sudut kecil
(Narrow Angle)
304,8
<600
Sudut kecil
Sudut Normal
(Normal Angle)
209,5
60-700
Sudut normal/sudut standar
Sudut Lebar
(Wide Angle)
152,4
75-1000
Sudut lebar
Sudut Sangat Lebar
(Super Wide Angle)
88,8
> 1000
Sudut sangat lebar
Berdasarkan jenis kamera yang digunakan foto dapat dibedakan atas :
§  Foto tunggal yaitu foto yang dibuat dengan kamera tunggal. Tiap daerah liputan hanya tergambar oleh satu lembar foto
§  Foto jamak yaitu beberapa foto yang dibuat pada saat yang sama dan menggambarkan daerah liputan yang sama. Pembuatannya ada 3 cara:
v  Multi kamera atau beberapa kamera yang masing-masing diarahkan ke satu sasaran
v  Kamera multi lensa atau satu kamera dengan beberapa lensa
v  Kamera tunggal berlensa dengan pengurai warna
Foto jamak dapat dibedakan lagi menjadi:
v  Foto multispektral yaitu beberapa foto untuk daerah yang sama dengan beberapa kamera atau satu kamera dengan beberapa lensa masing-masing, lensa menggunakan saluran yang berbeda yaitu biru, hijau, merah serta infra merah pantulan.
v  Foto dengan kamera ganda, yaitu pemotretan di suatu daerah dengan menggunakan beberapa kamera dengan jenis film yang berbeda. Misalnya pankromatik dan infra merah.
4.      Warna yang digunakan
§  Foto berwarna semu (false color) atau foto infra merah berwarna. Pada foto berwarna semu, warna obyek yang tidak sama dengan warna foto. Misalnya vegetasi yang berwarna hijau dan banyak memantulkan spektrum inframerah, tampak merah pada foto.
§  Foto warna asli (true color), yaitu foto pankromatik berwarna
5.      Sistem wahana
Berdasarkan wahana yang digunakan dibedakan:
§  Foto udara yaitu foto yang dibuat dari pesawat/balon udara
§  Foto satelit atau foto orbital, yaitu foto yang dibuat dari satelit

b.      Citra non foto
Citra non foto adalah gambaran yang dihasilkan oleh sensor bukan kamera. Citra non foto dibedakan atas:
1.      Spektrum elektromagnetik yang digunakan dalam penginderaan. Citra non foto dibedakan atas:
§  Citra infra merah thermal, yaitu citra yang dibuat dengan spektrum infra merah thermal. Pengideraan pada spektrum ini berdasarkan atas beda suhu obyek dan daya pancarnya pada citra tercermin dengan beda rona atau beda warnanya
§  Citra radar dan citra gelombang mikro, yaitu citra yang dibuat dengan spektrum gelombang mikro, Citra radar merupakan hasil penginderaan dengan sistem aktif yaitu dengan sumber tenaga buatan, sedang citra gelombang mikro dihasilkan dengan sistem pasif yaitu dengan menggunakan sumber tenaga alamiah.
2.      Sensor yang digunakan
Berdasarkan sensor yang digunakan, citra non foto terdiri dari:
§  Citra tunggal, yakni citra yang dibuat dengan sensor tunggal, yang salurannya lebar
§  Citra multispektral, yakni cerita yang dibuat dengan sensor jamak tetapi salurannya sempit, yang terdiri dari:
-          Citra RBV (Return Beam Vidicom), sensornya berupa kamera yang hasilnya tidak dalam bentuk foto karena detektornya bukan film dan prosesnya non fotografik
-          Citra MMS (Multi Spektral Scanner), sensornya dapat menggunakan spektrum tampak maupun spektrum infra merah thermal. Citra ini dapat dibuat dari pesawat udara.
3.      Wahana yang digunakan
Berdasarkan wahana yang digunakan, citra nonfoto dibagi atas:
§  Citra dirgantara (airbone image), yaitu citra yang dibuat dengan wahana yang beroperasi di udara (dirgantara). Contoh: Citra Infra Merah Thermal, Citra Radar, dan Citra MSS. Citra dirgantara ini jarang digunakan
§  Citra Satelit (Satellite/Spaceborn Image) yaitu citra yang dibuat dari antariksa atau angkatan luar. Citra ini dibedakan lagi atas penggunaannya yakni:
v  Citra satelit untuk penginderaan planet. Contoh: Citra Satelit Viking (AS), Citra Satelit Venera (Rusia)
v  Citra Satelit untuk penginderaan cuaca. Contoh: NOAA (AS), Citra Meteor (Rusia)
§  Citra Satelit untuk penginderaan sumber daya bumi. Contoh: Citra Landsat (AS), Citra SPOT (Prancis)
§  Citra Satelit untuk penginderaan laut. Contoh: Sitra Seasat (AS), Citra MOS (Jepang)
4.      Interpretasi citra
Menurut Este dan Simonett, 1975; Interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto udara atau citra dengan maksud untuk mengidentifikasi obyek dan menilai arti pentingnya obyek tersebut. Jadi di dalam interpretasi citra, penafsir mengkaji citra dan berupaya mengenali obyek melalui tahapan kegiatan yaitu: deteksi, identifikasi, dan analisis. Seetelah megalami tahapan tersebut, Citra dditerjemahkan dan digunakan ke dalam berbagai kepentingan seperti dalam: geografi, geologi, lingkungan hidup, dan sebagainya.
§  Deteksi
Deteksi adalah usaha penyadapan data secara global baik yang tampak maupun yang tidak tampak. Di dalam deteksi ditentukan ada tidaknya suatu obyek. Misalnya obyek berupa savana.
§  Identifikasi
Identifikasi adalah kegiatan untuk mengenali obyek yang tergambar pada citra yang dapat dilakukan berdasarkan ciri yang terekam oleh sensor dengan alat stereoskop. Ada 3 ciri utama yang dapat dikenali yaitu :
v  Ciri spektral
Yaitu ciri yang dihasilkan oleh interaksi antara tenaga elektromagnetik dengan obyek spektral dinyatakan dengan rona dan warna. Rona atau tone adalah tingkatan kegelapan dan kecerahan obyek pada citra. Adapun faktor yang mempengaruhi rona adalah:
- Karakteristik obyek (permukaan kasar atau halus)
- Bahan yang digunakan (jenis film yang digunakan)
- Pemrosesan emulsi (diproses dengan hasil redup, setengah redup  
  dan gelap)
- Keadaan cuaca (cerah/mendung)
- Letak obyek (pada lintang rendah atau tinggi)
- Waktu pemotretan (penyinaran pada bulan Juni atau Desember)
v  Ciri spasial
Ciri spasial adalah ciri yang terkait dengan ruang yang meliputi:
- Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra. Biasa
  dinyatakan: kasar, sedang dan halus. Misalnya hutan bertekstur
  kasar,belukar bertekstur sedang dan semak bertekstur halus.
- Bentuk adalah gambar yang mudah dikenali. Contoh: Gedung
  sekolah pada umumnya berbentuk huruf I, L dan U atau persegi
  panjang. Gunung api misalnya berbentuk kerucut.
- Ukuran adalh ciri obyek berupa jarak, luas, tinggi, lereng, dan
  Volume. Ukuran obyek pada citra berupa skala. Contoh :
  Lapangan olahraga sepakbola dicirikan oleh bentuk (segiempat)
  dan ukuran yang tetap, yakni sekitar (80-100 m)
- Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai
  banyak obyek bentukkan manusia dan beberapa obyek   
  ilimiah.Contoh: pola aliran sungai menandai struktur biologis.
  Pola aliran trellis menandai struktur lipatan. Permukiman
  transmigrasi dikenali dengan pola yang teratur, yaitu ukuran
  rumah yang jaraknya seragam, dan selalu menghadap ke jalan.
  Kebun karet, kebun kelapa, kebun kopi mudah dibedakan dengan
  hutan atau vegetasi lainnya dengan pola yang teratur, yaitu dari   
  pola serta jarak tanamnya.
- Situs adalah letak suatu obyek terhadap obyek lain di sekitarnya.
  Contoh : Permukiman pada umumnya memanjang pada pinggir
  tebing pantai, tanggul alam, atau sepanjang tepi jalan. Juga
  persawahan, banyak terdapat di daerah datarn rendah dan
  sebagainya.
- Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau obyek yang
  berada di daerah gelap. Bayangan juga dapat merupakan kunci
  pengenalan yang penting dari beberapa obyek yang justru dengan
  adanya bayangan menjadi lebih jelas. Contoh; lereng terjal
  tampak lebih jelas dengan adanya bayangan, begitu juga dengan
  cerobong asap dan menara, tampak lebih jelas dengan adanya
  bayangan. Foto-foto yang sangat condong biasanya
  memperlihatkan bayangan obyek yang tergambar dengan jelas.
- Asosiasi adalah keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek
  lainnya. Contoh : Stasiun kereta api berasosiasi dengan jalan
  kereta api yang jumlahnya lebih dari satu (bercabang)
v  Ciri temporal
Ciri temporal adalah ciri yang terkait dengan benda pada saat perekaman, misalnya rekaman sungai musim hujan tampak cerah, sedang pada musim kemarau tampak gelap.
Pada dasarnya interpretasi citra terdiri dari dua kegiatan utama, yaitu perekaman data dari citra dan pengguanaan data tersebut untuk tujuan tertentu. Perekaman data dari citra berupa pengenalan obyek dan unsur yang tergambar pada citra serta penyajiannya ke dalam bentuk tabel, grafik atau peta tematik, Urutan kegiatan dimulai dari:
- menguraikan atau memisahkan obyek yang rona atau warnanya
  berbeda
- ditarik garis batas/delineasi bagi obyek yang rona dan warnanya
  sama
- setiap obyek yang dikenali berdasarkan karakteristik spasial dan
  unsur temporalnya
- obyek yang sudah dikenali, diklasifikasikan sesuai dengan tujuan
  interpretasinya
- digambarkan ke dalam peta kerja atau peta sementara
- untuk menjaga ketelitian dan kebenarannya dilakukan
  pengecekan medan (lapangan)
- interpretasi akhir adalah pengkajian atas pola atau susunan
  keruangan (obyek)
- dipergunakan sesuai tujuannya
Untuk penelitian murni, kajiannya diarahkan pada penyususnan teori, dan analisisnya digunakan untuk penginderaan jauh, sedangkan untuk penlitian terapan, data yang diperoleh dari citra digunakan untuk analisis dalam bidang tertentu. Dalam menginterpretasi citra, pengenalan obyek merupakan bagian yang sangat penting, karena tanpa pengenalan identitas dan jenis obyek, maka obyek yang tergambar pada citra tidak mungkin dianalisis. Prinsip pengenalan obyek pada citra didasarkan pada penyelidikan karakteristiknya pada citra. Karakteristik yang tergambar pada citra dan digunakan untuk mengenali obyek disebut unsur interpretasi citra.
Berikut merupakan contoh bentuk lahan di permukaan bumi yang tampak dengan jelas dan dengan mudah di interpretasi baik dari peta maupun citra. Misalnya sungai dengan ciri-ciri memiliki tekstur permukaan air yang seragam dengan roan yang gelap jika airnya jernih atau cerah. Arah aliran sungai ditandai oleh bentuk sungai yang lebar pada bagian muara, pertemuan sungai memiliki sudut lancip sesuai dengan arah aliran sungai, perpindahan meander ke arah samping dan bagian bawah (muara), ketinggian semakin rendah ke arah muara, gosong sungai meruncing ke arah dan melebar ke arah muara.
            Keuntungan Penggunaan Penginderaan Jauh
Salah satu keuntungan dari penginderaan jaun ini yaitu data yang dihasilkan mencakup wilayah yang sangat luas yaitu sekitar 60–180 km2 (360.000–3.240.000 ha). Dengan mengamati daerah yang sangat luas beserta keadaan lahan yang mencakup topografi/relief, pertumbuhan tanaman/ vegetasi dan fenomena alam yang terekam dalam citra memberi peluang untuk mengamati,mempelajari pengaruh iklim, vegetasi, litologi dan topografi terhadap penyebaran sumberdaya lahan dan lahan pertanian (Puslit. Tanah da Agroklimat, 2000).
Ketersediaan data Inderaja/citra satelit dalam bentuk digital memungkinkan penganalisaan dengan komputer secara kuantitatif dan konsisten. Selain itu data Inderaja dapat digunakan sebagai input yang independen untuk verifikasi lapangan (Rubini Atmawidjaja, 1995).
Teknologi Inderaja memungkinkan untuk digunakan dalam deteksi penyebaran lahan pertanian, dan hasilnya merupakan sumber informasi utama dalam pemutakhiran dan pembaharuan (updating) data sumberdaya pertanian.
Aplikasi teknologi penginderaan jauh/citra satelit untuk deteksi lahan sawah dan penyebarannya dan berbagai tipe penggunaan/penutupan lahan mempunyai tingkat ketelitian yang cukup tinggi. Data/informasi hasil analisis tersebut sangat bermanfaat dan merupakan sumber informasi penggunaan lahan saat ini (existing landuse) untuk:
(a) pemutakhiran dan pembaharuan data luas dan penyebaran lahan sawah serta penggunaan/penutupan lahan lainnya, dan
(b) digunakan sebagai acuan dalam pengadaan stok pangan nasional dan mencari lahan tersedia dalam usaha pengembangan komoditas pertanian.
Pemanfaatan teknologi Inderaja di Indonesia perlu lebih dikembangan dan diaplikasikan untuk mendukung efisiensi pelaksanaan inventarisasi sumberdaya lahan/tanah dan identifikasi penyebaran karakteristik lahan pertanian (lahan sawah, lahan kering, lahan rawa, lahan tidur, lahan kritis, estimasi produksi) terutama pada wilayah sentra produksi pangan.

BAB III
PENUTUP
3.1   Kesimpulan
Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau fenomena yang dikaji. Penginderaan jauh meliputi citra dan wahana.
Sistem penginderaaan jauh meliputi tenaga untuk penginderaan jauh, atmosfer, sensor atau alat indera
3.2  Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan guru dapat menguasai materi pembelajaran mengenai Pengideraan Jauh agar dalam kegiatan belajar mengajar kelaknya dapat membuat siswa lebih paham.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright (c) 2010 pgsd's story. Design by WPThemes Expert
Themes By Buy My Themes And Cheap Conveyancing.